Ketua LPPM Universitas Pancasila Jadi Doktor ‘’Posdaya’’
Sabtu, 31 Mei 2014
JAKARTA (Pos Sore) - Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pancasila, Lies
Putriana, dianggap berhasil menjadi ‘’Doktor Pos Pemberdayaan Keluarga
(Posdaya)’’, karena mempertahankan disertasinya yang berjudul Pengaruh
Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Komitmen Serta Dampaknya di Industri Sepeda Motor
Jepang di Jakarta. Ketua LPPM UP ini merupakan mitra kerja dari Yayasan
Damandiri.
Untuk itu Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono mengucapkan
selamat dan bangga atas gelar doktor bidang ekonomi yang diperoleh
Lies. Ini berarti Lies Putriana menurut Haryono telah menjadi Doktor
Posdaya juga.Melalui sidang terbuka dengan tujuh Tim Penguji yang dipimpin Prof Dr Sutjipto, Direktur Program Sarjana Universitas Pancasila, Prof Dr Ir M Nur Salim SE, MM, Prof Dr Bambang Purwoko, SE,MA, PhD, AAM, Dr Husen Umar, SE, MM, MBA, Dr Hanes Riayadi, MM, Prof Dr Wibowo M Phil (promotor) dan Prof Dr Vincent Didiek Wiet Aryanto, Ph D, Lies Putriana dinyatakan lulus sebagai doktor ilmu ekonomi yang ke-17 dengan nilai prestasi 6,63 dengan predikat memuaskan.
“Saya ikut bangga,” kata Prof Haryono yang diampingi parapengurus Yayasan Damandiri lainnya, Dr Maswar Nurdin, Dr Mulyono, kepada wartawan. Lies Putriana dapat menyelesaikan studinya S3 dalam bidang ekonomi yang kebetulan yang dipelajari adalah variabel-varibel yang berhubungan dengan kinerja.
Apa yang dipelajari dalam studi dalam perusahan sepeda motor Jepang ini, Haryono bergarap bisa ditularkan kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalan pop-pos pemberdayan keluarga (Posdaya), bahwa sesuatu yang menyangkut budaya organisasi, komitmen pimpinan dan segala sesuatu yang dipelajari bisa diterapkan pada organisasi-organisasi Posdaya.
Hanya bedanya kalau Posdaya kulturnya sama, karena dari desa ke desa, di industri motor Jepang lain, karena ada orang Indonesia ada orang Jepang. Sehingga dengan sendirinya kalau budaya organisasi tidak berlaku dan tidak meningkatkan kinerja organisasi. Barangkali pada tingkat posdaya budaya dari organisasi posdaya itu mempunyai pengaruh yang cukup tinggi terhadap kinerja dari Posdayanya.
Satu yang menonjol dalam desertasi Lies, kata Haryono, bahwa komitmen
mempunyai kekuatan yang sangat tinggi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja. Oleh karena itu, lanjur dia, pada setiap pembentukan Posdaya — mengutip studi Dr Lies Putriana itu — selalu diminta agar pimpinan dan seluruh anggota Posdaya mempunyai komitmen terhadap organisasi Posdayanya agar kinerja Posdaya itu tinggi. Tanpa komitmen maka dengan sendirinya kita tidak bisa meningkatkan kinerja oganisasi.
Lebih dari itu, juga karena Posdaya merupakan suatu proses dengan kepemimpinan visioner. Apa yang dipertahankan Dr Lies Putriana dalam disertasinya itu sangat tepat karena organisasi Posdaya itu organisasi yang menganut kepemimpinan yang visioner. Sementara studi yang dilakukan Lies Putriana multikutural karena ada orang Jepang ada orang Indonesia. Sedangkan Posdaya dari satu desa yang sama. Sehingga multikulturalnya sangat tipis. Dengan sendirinya akan ada kemungkinan besar studi itu dikoreksi pada tingkat budaya organisasi.
Disertasi itu tidak mempelajari produk tetapi mempelajari bagaimana kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja harus diambil sebagai pelajaran yang bisa diterapkan pada Posdaya di seluruh Indonesia.
Sementara Dr Lies Putriana usai dinyatakan lulus sebagai doctor menyatakan sepaham dengan pemikiran Prof Haryono, karena apa yang dipelajarinya untuk mempertahankan desertasinya selalu melakukan perubahan-perubahan sehingga punya visi kedepan seperti inovasi, karisma, perhatian, dan itu bisa diterapkan oleh pemimpin-pemimpin Posdaya.
Dr Lies Putriana sebagai dosen tetap di Universitas Pancasila berharap apa yang diperolehnya itu dapat bermanfaat untuk masyarakat dan bukan merupakan suatu akhir dari segalanya. (junaedi)
http://possore.com/2014/05/31/ketua-lppm-universitas-pancasila-jadi-doktor-posdaya/
========================================================
Prestasi yang dicapai Dr Lies Putriana, SE, MM
sungguh membanggakan. Disertasinya yang berjudul “Kinerja Karyawan
Industri Sepeda Motor Jepang di DKI Jakarta, Pengaruh Budaya dan Gaya
Kepemimpinan Transformasi terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen serta
Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan” telah melahirkan gagasan baru untuk
mengembangkan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di DKI Jakarta.
Disertasi yang disampaikan dalam sidang terbuka untuk meraih gelar Doktor dalam bidang ekonomi, Universitas Pancasila Jakarta ini berhasil mendapat nilai 3,67 dari 9 tim penguji yang dipimpin Prof Dr Sucipto. Tim penguji lainnya adalah Prof Vincent Didiek Wiet Aryanto,Phd, Dr Husein Umar,MM,MBA, Prof Dr Wibowo, MPhil, Dr Hanes Riyadi, MM. Prof Dr Bambang Purwoko, SE MA, AAM, dan Prof Dr Noor Salim,SE,MM. Wanita kelahiran Sumedang, 1 April 1957 ini juga berhasil membawa pulang predikat cumlaude (sangat memuaskan) dan dinyatakan lulus sebagai Doktor Ekonomi ke-17 Universitas Pancasila.
“Kami bangga, Bu Lies telah menyelesaikan studinya dalam bidang ekonomi dengan cukup baik. Ternyata yang dipelajari adalah variable-variabel yang berhubungan dengan kinerja. Sehingga apa yang dipelajari dalam studi tentang perusahaan sepeda motor Jepang bisa dipraktekkan dan ditularkan kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalam Pos-pos Pemberdayaan Keluarga,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang mengikuti dengan seksama sidang terbuka mitra kerjanya ini.
Dr Lies Putriana, SE, MM merupakan Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pancasila yang secara intens ikut memperjuangkan pengembangan Posdaya di DKI Jakarta. Tak sedikit bentuk-bentuk pelatihan dan permodalan yang diberikan untuk para anggota Posdaya hasil kerjasama Universitas Pancasila dan Yayasan Damandiri.
Menurut Prof Haryono Suyono, segala sesuatu yang menyangkut budaya, organisasi, komitmen maupun komitmen pimpinan dan segala sesuatu yang dipelajari dari hasil disertasi Lies Putriana, bisa diterapkan organisasi Posdaya. Hanya saja, Posdaya memiliki kultur yang sama karena dari desa yang sama.
“Dengan sendirinya, apabila budaya organisasi tidak berlaku dan tidak meningkatkan kinerja organisasi Posdaya, barangkali pada tingkat ini budaya organisasi Posdaya punya pengaruh tinggi terhadap kinerja Posdayanya.”
Salah satu yang menonjol, jelas Prof Haryono Suyono, komitmen punya keakuratan yang tinggi secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kinerja. Oleh karena itu dalam setiap pembentukan Posdaya, diperlukan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota Posdaya. “Tanpa komitmen, kita tidak bisa meningkatkan organisasi. Karena, Posdaya suatu proses dengan kepemimpinan visioner.”
Ditambahkannya, apa yang dipelajari dari disertasi Lies Putriana dinilainya sangat tepat. Posdaya yang organisasinya menganut visioner, pola kepemimpinan bisa diterapkan. “Budaya organisasi lebih tepat diterapkan di Posdaya, karena budayanya sama. Sedang di perusahaan motor Jepang itu multikultural, ada orang Jepang dan Indonesianya. Jadi bagaimana pola kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja. Itu yang bisa dipelajari dan diterapkan kepada Posdaya di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Inti dari disertasi tersebut, sebenarnya berlatarbelakang dari kesuksesan perusahaan Jepang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal inilah yang mendorong para peneliti/ praktisi ingin mengetahui kunci keberhasilan atau kunci sukses otomotif Jepang di berbagai zona negara-negara di Asia. Berdasar penelitian Lies, karakteristik personal dan daya kepemimpinan serta budaya organisasi dan kepuasan kerja inilah yang ditemukannya saat awal melakukan penelitiannya di lapangan.
Menanggapi pernyataan Prof Haryono Suyono soal penerapan hasil disertasinya untuk pengembangan Posdaya, Lies menyatakan siap membantu pengembangan Posdaya di seluruh Indonesia sesuai bidang ilmu yang digelutinya. “Gaya tranformasi nasional itu bisa diterapkan. Gaya kepemimpinan yang visioner dan inovasi lebih mudah diterapkan pada Posdaya dibanding perusahaan Jepang. Apa yang menjadi tujuan Posdaya, harus dicapai anggotanya,” tandasnya.
Disertasi yang disampaikan dalam sidang terbuka untuk meraih gelar Doktor dalam bidang ekonomi, Universitas Pancasila Jakarta ini berhasil mendapat nilai 3,67 dari 9 tim penguji yang dipimpin Prof Dr Sucipto. Tim penguji lainnya adalah Prof Vincent Didiek Wiet Aryanto,Phd, Dr Husein Umar,MM,MBA, Prof Dr Wibowo, MPhil, Dr Hanes Riyadi, MM. Prof Dr Bambang Purwoko, SE MA, AAM, dan Prof Dr Noor Salim,SE,MM. Wanita kelahiran Sumedang, 1 April 1957 ini juga berhasil membawa pulang predikat cumlaude (sangat memuaskan) dan dinyatakan lulus sebagai Doktor Ekonomi ke-17 Universitas Pancasila.
“Kami bangga, Bu Lies telah menyelesaikan studinya dalam bidang ekonomi dengan cukup baik. Ternyata yang dipelajari adalah variable-variabel yang berhubungan dengan kinerja. Sehingga apa yang dipelajari dalam studi tentang perusahaan sepeda motor Jepang bisa dipraktekkan dan ditularkan kepada saudara-saudara kita yang bekerja dalam Pos-pos Pemberdayaan Keluarga,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang mengikuti dengan seksama sidang terbuka mitra kerjanya ini.
Dr Lies Putriana, SE, MM merupakan Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Pancasila yang secara intens ikut memperjuangkan pengembangan Posdaya di DKI Jakarta. Tak sedikit bentuk-bentuk pelatihan dan permodalan yang diberikan untuk para anggota Posdaya hasil kerjasama Universitas Pancasila dan Yayasan Damandiri.
Menurut Prof Haryono Suyono, segala sesuatu yang menyangkut budaya, organisasi, komitmen maupun komitmen pimpinan dan segala sesuatu yang dipelajari dari hasil disertasi Lies Putriana, bisa diterapkan organisasi Posdaya. Hanya saja, Posdaya memiliki kultur yang sama karena dari desa yang sama.
“Dengan sendirinya, apabila budaya organisasi tidak berlaku dan tidak meningkatkan kinerja organisasi Posdaya, barangkali pada tingkat ini budaya organisasi Posdaya punya pengaruh tinggi terhadap kinerja Posdayanya.”
Salah satu yang menonjol, jelas Prof Haryono Suyono, komitmen punya keakuratan yang tinggi secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kinerja. Oleh karena itu dalam setiap pembentukan Posdaya, diperlukan komitmen dari pimpinan dan seluruh anggota Posdaya. “Tanpa komitmen, kita tidak bisa meningkatkan organisasi. Karena, Posdaya suatu proses dengan kepemimpinan visioner.”
Ditambahkannya, apa yang dipelajari dari disertasi Lies Putriana dinilainya sangat tepat. Posdaya yang organisasinya menganut visioner, pola kepemimpinan bisa diterapkan. “Budaya organisasi lebih tepat diterapkan di Posdaya, karena budayanya sama. Sedang di perusahaan motor Jepang itu multikultural, ada orang Jepang dan Indonesianya. Jadi bagaimana pola kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja. Itu yang bisa dipelajari dan diterapkan kepada Posdaya di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Inti dari disertasi tersebut, sebenarnya berlatarbelakang dari kesuksesan perusahaan Jepang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal inilah yang mendorong para peneliti/ praktisi ingin mengetahui kunci keberhasilan atau kunci sukses otomotif Jepang di berbagai zona negara-negara di Asia. Berdasar penelitian Lies, karakteristik personal dan daya kepemimpinan serta budaya organisasi dan kepuasan kerja inilah yang ditemukannya saat awal melakukan penelitiannya di lapangan.
Menanggapi pernyataan Prof Haryono Suyono soal penerapan hasil disertasinya untuk pengembangan Posdaya, Lies menyatakan siap membantu pengembangan Posdaya di seluruh Indonesia sesuai bidang ilmu yang digelutinya. “Gaya tranformasi nasional itu bisa diterapkan. Gaya kepemimpinan yang visioner dan inovasi lebih mudah diterapkan pada Posdaya dibanding perusahaan Jepang. Apa yang menjadi tujuan Posdaya, harus dicapai anggotanya,” tandasnya.
Laporan: Rahmawati Sumber : http://116.213.48.92/artikel/6643.shtml
============================================================
=================================================================
Itu Prof Didiek Wiet Aryanto adalah profesor yg ga pantas jd contoh karna dia selingkuh dengan seorang mahasiswi S3 UNDIP yang dulu membantu dalam penelitian dengan alasan bahwa istrinya sudah tdk lagi bisa melayani libido sexnya. padahal istrinya msh melayani dia tiap malam (pengakuan istrinya). adapun teman selingkuhanya adalah inisial IAU seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di MANADO
BalasHapus